Indonesia Sebagai Satu Kesatuan Politik

Aceh

Aceh Darussalam

  • Atjeh
  • Daerah Eksklusif Aceh
  • Nanggroë Aceh Darussalam

Daerah otonom

Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawoë اچيه دارالسلام

Bermula atas, kiri ke kanan: Musala Raya Baiturrahman, Danau Laut Batal, Pulau Rubiah, Suaka alam Ancala Leuser, Gunung Seulawah Agam, Museum Tsunami Aceh, Taman Sari Gunongan, Replika Pesawat RI-001 Seulawah.

Lambang resmi Aceh

Julukan:

  • Serambi Mekkah
  • Tanah Rencong
  • Negeri Sunan Iskandar Taruna
Motto:

“Pancacita”

(Sanskerta)
“Lima cita-cita”

Himne kewedanan: “Aceh Mulia” (himne sahih)




[1]

Atlas

Negara
Indonesia
Dasar hukum pendirian UU No. 24 Tahun 1956
UU No. 11 Waktu 2006
Hari jadi 7 Desember 1956
Ibu kota Kota Banda Aceh
Daerah tingkat ki akbar lainnya

Daftar

  • Lhokseumawe
    Langsa
    Subulussalam
    Sabang
Besaran eceran rezim[2]
[3]

Daftar

  • Kabupaten: 18
  • Kota: 5
  • Kecamatan: 289
  • Desa: 6.514
Tadbir
 • Jenis Pemerintahan Aceh
 • Gubernur Mayjend (Purn.) Achmad Marzuki
[4]
 • Sekretaris Daerah Bustami, S.E, M.Si.
[5]
 • Ketua DPRD Saiful Bahri A. Djalil
[6]
Luas

[2]
[7]

 • Besaran 57.956,00 km2
(22,376,94 sq bihun)
 • Luas daratan 57.365,67 km2
(22,149,01 sq mi)
 • Luas perairan 29.611,11 km2
(11,432,91 sq mi)
Mahamulia tertinggi 3.466 m (11,371 ft)
Populasi

(2020)[3]

 • Jumlah 5.274.871
 • Peringkat 14
 • Kerapatan 96/km2
(250/sq mi)
Demonim
  • Acehnese
  • Rakyat Aceh
  • Orang Aceh
Ilmu kependudukan
 • Agama Islam 98,48%
Masehi 1,36%
– Protestan 1,26%
– Katolik 0,10%
Buddha 0,15%
Enggak-lain 0,01%[8]
[9]
 • Bahasa Indonesia (resmi)
Aceh (utama)
Alas-Kluet, Devayan Gayo, Jamee, Sigulai, Tamiang, dan lain-lain
 • IPM Kenaikan
72,18 (2021)
Pangkat
[10]
Zona masa UTC+07:00 (WIB)
Kode pos

23xxx-24xxx

Kode area telepon

Daftar

  • 0627 – Kota Subulussalam
  • 0629 – Kutacane (Kabupaten Aceh Tenggara)
  • 0641 – Daerah tingkat Langsa
  • 0642 – Blang Kejeren (Kabupaten Gayo Lues)
  • 0643 – Takengon (Kabupaten Aceh Perdua)
  • 0644 – Bireuen (Kabupaten Bireuen)
  • 0645 – Lhoksukon (Kabupaten Aceh Paksina) – Kota Lhokseumawe
  • 0646 – Idi (Kabupaten Aceh Timur)
  • 0650 – Sinabang (Kabupaten Simeulue)
  • 0651 – Kota Banda Aceh – Jantho (Kabupaten Aceh Besar) – Lamno (Kabupaten Aceh Jaya)
  • 0652 – Daerah tingkat Sabang
  • 0653 – Sigli (Kabupaten Pidie)
  • 0654 – Calang (Kabupaten Aceh Jaya)
  • 0655 – Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat)
  • 0656 – Tapaktuan (Kabupaten Aceh Selatan)
  • 0657 – Bakongan (Kabupaten Aceh Daksina)
  • 0658 – Singkil (Kabupaten Aceh Singkil)
  • 0659 – Blangpidie
Kode ISO 3166 ID-AC
Pelat wahana BL
Kode Kemendagri 11
Kode BPS 11
APBD Rp 16.763.469.972.136-,[11]
(2021)
PAD Rp 2.401.682.455.965,- (2021)
DAU Rp 2.010.367.360.000,- (2021)[12]
DAK Rp 1.777.891.260.000,- (2021)[12]
Slogan wisata “The Light of Aceh”
Lagu daerah “Bungong Jeumpa”
Rumah adat
  • Rumoh Aceh
  • Umah Pitu Ruang
Senjata tradisional
  • Rencong
  • Kelewang
  • Sikin panyang
  • Siwah
  • Sikin Peurawot
Flora konvensional Bunga jeumpa
Fauna sahih Cicempala kuneng
Situs web acehprov.go.id

Aceh
(Jawi: اچيه دارالسلام) yakni sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya mewah di Banda Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia nan diberi gengsi seumpama distrik istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi partikular. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan area paling barat di Indonesia. Menurut hasil sensus Raga Trik Statistik tahun 2022, jumlah penghuni provinsi ini sekitar 5.274.871 jiwa.[13]
Letaknya sanding dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan makanya Laut Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di arah utara, Raksasa Hindia di jihat barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.

Aceh dianggap bagaikan tempat dimulainya penyebaran Selam di Indonesia dan memainkan peran penting privat pendakyahan Islam di Asia Tenggara. Plong awal abad ke-17, Sultanat Aceh adalah negara terkaya, terkuat, dan termakmur di provinsi Selat Malaka. Ki kenangan Aceh diwarnai maka dari itu kebebasan politik dan pertempuran keras terhadap kekangan orang asing, tercatat arena penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Sekiranya dibandingkan dengan dengan daerah lainnya, Aceh merupakan wilayah yang sangat konservatif (menjunjung strata skor agama).[14]
Persentase pemukim Muslim-nya yakni yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup sesuai syariah Islam.[15]
Berbeda dengan biasanya area lain di Indonesia, Aceh n kepunyaan kemandirian nan diatur singularis karena alasan sejarah.[16]

Aceh punya sendang daya kalimantang nan luber, termasuk bensin dan asap pataka. Sejumlah analis mengumpamakan cadangan tabun alam Aceh adalah yang terbesar di dunia.[14]
Aceh juga terkenal dengan hutannya yang terwalak di sepanjang jajaran Jabal Armada pecah Kutacane di Aceh Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah cagar alam bernama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara.

Aceh ialah daratan nan minimal intim dengan episentrum gempa bumi Samudra Hindia 2004. Setelah gempa, gelombang tsunami mendepak sebagian besar pesisir barat provinsi ini. Sekitar 170.000 insan tewas alias hilang akibat bencana tersebut.[17]
Alai-belai ini juga mendorong terciptanya perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Rekaman

Asal nama

Aceh purwa dikenal dengan tanda
Aceh Darussalam

(1511–1945). Kawasan ini dibentuk puas 1956 dengan stempel
Aceh
sebelum diubah menjadi
Daerah Unik Aceh
(1959–2001),
Nanggroe Aceh Darussalam
(2001–2009), dan pula ke
Aceh
sejak 2009.[18]
Sebelumnya, nama
Aceh
absah ditulis
Acheh,
Atjeh, dan
Achin.[19]

Zaman prasejarah

Ardi siput dari musim prasejarah di Aceh Tamiang

Aceh telah dihuni manusia sejak zaman Mesolitikum. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs Bukit Kerang nan diklaim sebagai peninggalan zaman tersebut di kabupaten Aceh Tamiang. Selain itu, pada Situs Desa Pangkalan juga telah dilakukan ekskavasi serta berhasil ditemukan artefak pusaka dari zaman Mesolitikum maujud kapak Sumatralith, fragmen gigi anak adam, tulang badak, dan bilang peralatan terlambat lainnya. Selain di kabupaten Aceh Tamiang, pusaka kehidupan prasejarah di Aceh lagi ditemukan di ceduk tingkatan Gayo tepatnya di Ceruk Mendale dan Ceruk Ujung Karang yang terdapat disekitar Danau Laut Tawar. Penemuan situs prasejarah ini mengungkapkan bukti adanya hunian manusia prasejarah yang sudah berlantas disini sreg seputar 7.400 sebatas 5.000 tahun nan dulu.

Zaman kerajaan

Zaman kerajaan Hindu-Buddha

Seperti mana provinsi lain di kepulauan Nusantara, Aceh pula pernah mengalami hari berkembangnya agama Hindu dan Buddha yang cak bertengger semenjak daratan benua Asia Selatan (India). Sreg perian itu di Aceh telah diwarnai dengan adanya bilang kerajaan-kerajaan yang bersendikan agama tersebut misalnya Kerajaan Indra Puri, Kekaisaran Indra Petro dan Kerajaan Indra Mula-mula nan terletak di Aceh Besar nan menganut kepercayaan Hindu dan dipengaruhi makanya India. Selain itu, Aceh juga dahulu termasuk bagian dari kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha nan pernah ulung di Nusantara ribuan tahun lalu seperti mana Sriwijaya.

Prasasti Tanjore dari Tamil menamakan bahwa pada musim 1030, Kerajaan Lamuri termasuk di antara daerah nan ditaklukkan makanya Rajendra Chola I dari Kekaisaran Chola[20].

Masuknya Selam

Masih terjadi cagak pendapat terkait persoalan dari sejak pron bila Islam mula-mula sekali disebarkan ke Aceh. Sebagian bertukar pandang mutakadim dimulai bersumber sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan[21]
bak khalifah ketiga pasca- kerasulan Muhammad SAW.

Terkait Islam yang datang ke Aceh, Snouck Hurgronje dengan teori Gujaratnya menyebut Islam yang datang ke sana bukanlah Islam nan dibawa Muhammad, hanya Selam yang sudah berkembang matang. Tak Islam dari al Alquran dan Hadits, melainkan Islam dengan kitab-kitab Fiqh dan dogmanya dari 3 abad kemudian.[22]

Sebagian lagi, ada nan berpandangan bahwa Islam nan hinggap ke Aceh justru mutakadim dimulai pecah sejak masa purwa Hijriyah (618 M). Suatu pandangan yang menurut katib sendi Tasawuf Aceh merupakan pandangan lain timbrung akal busuk. Alasan yang dikemukakannya adalah sreg masa tersebut; ada kevakuman antara wahyu pertama (610 M) dengan wahyu kedua kepada Muhammad selama 2,5 perian. Ditambah dengan masa berdakwah secara mengendap-endap yang dilakukan Muhammad selama 3 musim. Dengan demikian baru lega waktu ke-7 musim kenabiannya yunior dimulai dakwah secara terang-terangan.[23]
Tetapi sekurang-kurangnya permasalahan demikian boleh ditelusuri dari keberadaan kerajaan pertama bercorak Islam di Aceh, Kekaisaran Peureulak nan didirikan plong 1 Muharram 225 Hijriyah.[24]

Kesultanan Aceh

Wilayah Kesultanan Aceh puas masa jayanya

Kesultanan Aceh yaitu kelanjutan dari Kesultanan Samudra Pasai nan peroi pada abad ke-14. Kesultanan Aceh terwalak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Intern sejarahnya yang janjang itu (1496–1903), Aceh telah menatah masa lampaunya dengan begitu habis-habisan dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam melebarkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan nan terstruktur dan sistematik, mewujudkan pusat-pokok penelitian ilmu publikasi, hingga kemampuannya internal menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Aceh Darussalam lega zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam (Baginda Aceh ke 19), merupakan negeri yang amat berada dan makmur. Menurut koteng penjelajah asal Prancis nan tiba plong hari keberhasilan Aceh lega zaman tersebut, supremsi Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau sebatas Selaka. Kesultanan Aceh telah menjalin interelasi dengan kerajaan-imperium di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.

Kesultanan Aceh terlibat penaklukan dominasi yang berleleran sejak awal abad ke-16, purwa dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menerimakan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pucang di Ancol Melayu kepada Britania Raya.

Lega musim 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, biarpun hal ini bukan bermartabat. Sreg tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajap Aceh, probabilitas untuk mencegah Prancis berpokok mendapatkan kontrol di negeri tersebut.

Perang Aceh

Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh lega 26 Maret 1873, dimulai bersumber eksistensi Jenderal J.H.R Kohler dengan total bala sebanyak 3.198, termasuk 168 perwira KNIL.[25]

Selepas melakukan beberapa ancaman diplomatik, semata-mata lain berhasil merebut wilayah nan samudra. Perang pula menyala pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Lebih-lebih, puas hari pertama perang berlantas, 1 unit kapal perang Belanda, Citadel van Antwerpen harus mengalami 12 tembakan meriam berpunca pasukan Aceh.[26]
[27]

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-rajut masuk Islam dari Jamiah Leiden nan telah berdampak mendapatkan kepercayaan bersumber banyak pengarah Aceh, kemudian menyerahkan saran kepada Belanda seharusnya serbuan mereka diarahkan kepada para ulama, tak kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan andai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh.[28]

Sultan Muhammad Dawud Syah akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada musim 1903 setelah dua istrinya, momongan serta ibundanya terlebih lalu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh hasilnya jatuh sreg hari 1904. Saat itu, Ibu kota Aceh mutakadim sepenuhnya direbut Belanda. Belaka sambutan masih terus dilakukan oleh Panglima-panglima di pedalaman dan oleh para Jamhur Aceh setakat karenanya jepang masuk dan mengambil alih peran belanda. Perang Aceh adalah perang yang paling banyak mudarat pihak Belanda selama sejarah penjajahan Nusantara.[29]
[30]

Periode penjajahan

Bangkitnya nasionalisme

Provisional sreg perian kontrol Belanda, nasion Aceh mulai mengadakan partisipasi dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terkebat dalam bineka kampanye nasionalis dan garis haluan. Aceh kian hari kian terlibat intern aksi patriot Indonesia. Detik
Volksraad
(parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terseleksi sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh maka dari itu gubernur Sumatra pertama, Mr. Teuku Muhammad Hasan).

Momen Jepang mulai mengobarkan perang bakal mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh menugasi utusan ke komandan perang Jepang lakukan membantu gerakan mengintimidasi Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai lega tahun 1940. Setelah sejumlah rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kebaikan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-biang keladi pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh menciptakan menjadikan Belanda terusir secara permanen mulai sejak kapling Aceh.

Awalnya Jepang berpose baik dan hormat kepada publik dan tokoh-pengambil inisiatif Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat juga tidak malu-malu bakal membantu dan ikut serta kerumahtanggaan acara-program pembangunan Jepang. Sahaja detik keadaan telah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum upik mulai dilakukan oleh fungsionaris tentara Jepang. Rakyat Aceh nan beragama Islam juga mulai diperintahkan bikin rengkeh ke sisi surya terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang dahulu inkompatibel dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perkelahian rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh wilayah Aceh. transendental yang paling terkenal yakni perlawanan yang dipimpin oleh
Teungku Abdul Jalil, seorang ulama berusul area Bayu, dekat Lhokseumawe.[31]

Pasca kemerdekaan Indonesia


Darul Islam/Tentara Islam Indonesia

Aceh nan semula bergabung dengan Indonesia dengan cekram Soekarno akan menerapkan syariat Islam, merasa kecewa karena hukum Islam tidak dijadikan bagaikan landasan negara. Sehingga plong tanggal 13 Muharram 1372 H/21 September 1953 M, Teungku Muhammad Daud Beureu’eh atas nama rakyat Aceh mereklamekan berintegrasi dengan Negara Islam Indonesia yang didirikan oleh Kartosoewirjo.[32]

Gerakan Aceh Merdeka

Sejak masa 1976, organisasi belas kasihan bernama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah berusaha buat mengakurkan Aceh dari Indonesia melampaui upaya militer. Plong 15 Agustus 2005, GAM dan pemerintah Indonesia akibatnya menandatangani persetujuan rukun sehingga mengakhiri konflik antara kedua pihak nan telah berlangsung selama hampir 30 tahun.[33]

Pasca gempa dan tsunami 2004, yaitu lega 2005, pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sepakat mengakhiri konflik di Aceh. Perjanjian ini ditandatangani di Finlandia, dengan peran raksasa tinimbang mantan petinggi Finlandia, Martti Ahtisaari.

Di samping itu, sudah muncul aspirasi dari sejumlah wilayah Aceh, khususnya di episode barat, selatan dan pedalaman bikin memisahkan diri terbit Aceh dan membentuk wilayah-provinsi baru.[34]

Politik dan pemerintahan

Sistem pemerintahan yang berlaku di Aceh momen ini ada 2, yakni Sistem Pemerintahan Domestik Aceh dan Sistem Pemerintahan Indonesia. Berdasarkan stratifikasi, perbedaan nan tertumbuk pandangan yakni adanya rezim mukim yang berada di antara kecamatan dan gampong. Dalam sistem pemerintahan lokal Aceh dikenal beberapa jabatan sama dengan
imeum meunasah,
tuha peuet
dan
imeum mukim

Aceh ibarat kewedanan spesial

Saat ini eceran rezim area nan berstatus Daerah Spesifik di Indonesia hanya dua kawasan merupakan Aceh (UU Nomor 44 Tahun 1999) dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (UU 13 Tahun 2022). Beralaskan prestise pemerintahan daerah nan bersifat istimewa, UU Nomor 44 Tahun 1999 akan halnya Penyelenggaraan Kemustajaban bagi Negeri Provinsi Individual Aceh telah menyerahkan legitimasi secara yuridis formal keefektifan.[35]

Kabupaten dan Daerah tingkat di Aceh

Penyelenggaraan faedah Aceh meliputi:

  1. Penyelenggaraan kehidupan beragama;[36]
  2. Manajemen kehidupan adat;
  3. Penyelenggaraan pendidikan; dan
  4. Peran ulama dalam penetapan kebijakan area.[37]

Guna di latar penyelenggaraan kehidupan beragama dalam bentuk pelaksanaan syari’at Islam lakukan pemeluknya di Aceh, dengan loyal menjaga kesepakatan sukma antarumat beragama, membentangi: ibadah, ahwal alsyakhshiyah (syariat keluarga), muamalah (hukum pengadilan), jinayah (hukum pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam. Kepentingan di bidang penyelenggaraan hidup resan meliputi Tulangtulangan Wali Nanggroe dan Lembaga Adat Aceh (misal Majelis Kebiasaan Aceh, Imeum mukim, dan Syahbanda).

Manfaat di bidang pendidikan meliputi penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas serta menaik materi bahara lokal sesuai dengan syari’at Islam serta menyelenggarakan pendidikan madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah. Kekuatan di permukaan peran ulama meliputi Majelis Permusyawaratan Jamhur (MPU) Aceh dan Kabupaten/Kota yang memiliki tugas dan kewenangan untuk menjatah fatwa baik diminta maupun lain diminta terhadap persoalan rezim, pembangunan, pembinaan mahajana, dan ekonomi; dan membagi arahan terhadap perbedaan pendapat sreg masyarakat privat keburukan religiositas.

Aceh sebagai daerah khusus

Intern praktik ketatanegaraan di Indonesia sampai momen ini sekadar empat satuan daerah yang dinyatakan berstatus seumpama Daerah Partikular yaitu Aceh, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, dan Kawasan Papua serta Papua Barat.

Kekhususan Aceh telah diatur berdasarkan UU Nomor 11 Perian 2006 tentang Tadbir Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633) pada hakikatnya manifestasi dari UUD Tahun 1945. Negara menyepakati dan memuliakan satuan-satuan pemerintahan daerah nan bersifat Khusus ataupun berkepribadian istimewa yang diatur dengan undang undang. Berdasarkan Undang-undang Tadbir Aceh (UU-PA), Sebagai provinsi Tunggal, masa ini sudah memiliki 26 Kewenangan Individual. Dengan demikian, otonomi seluas-luasnya lega dasarnya bukanlah sekadar properti, tetapi kian dari itu yaitu ialah kewajiban konstitusional untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan di Aceh. Oleh karena itu Aceh terwalak 2 (dua) sebutan adalah distrik istimewa dan daerah khusus, sehingga nama Aceh dapat disebutkan umpama kewedanan khusus provinsi Distrik Istimewa Aceh.[38]
[39]

UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesalingpengertian (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani lega tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki dan merupakan suatu rajah penyerasian secara bermoral menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta garis haluan di Aceh secara per-sisten. Hal-keadaan mendasar yang menjadi isi UU Pemerintahan Aceh ini antara lain:

  1. Tadbir Aceh adalah pemerintahan kewedanan provinsi dalam sistem NKRI berdasarkan UUD Musim 1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan makanya Pemerintah Provinsi Aceh dan Dewan Kantor cabang Rakyat Daerah Aceh sesuai dengan maslahat dan kewenangan masing-masing.
  2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh bersendikan UU Rezim Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem pemerintahan secara nasional.
  3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota nan banyak diamanatkan dalam UU Pemerintahan Aceh merupakan wujud konkret bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan tadbir tersebut.
  4. Kekuasaan proporsi keuangan pusat dan daerah tercermin melalui pemberian kewenangan bikin pemakaian sumber pendanaan yang cak semau.
  5. Implementasi formal penegakan syari’at Selam dengan asas personalitas ke-Islaman terhadap setiap khalayak yang rani di Aceh minus membedakan kewarganegaraan, kursi, dan status dalam negeri sesuai dengan takat-tenggat daerah Aceh.

Etiket (nomenklatur) yang digunakan menurut Pasal 1 angka 2 UU 11/2006 ialah
Aceh; tanpa cak semau kata “provinsi” alias frasa “daerah istimewa”, Aceh merupakan daerah khusus (dan kembali daerah istimewa) karena Aceh adalah suatu-satunya daerah di Indonesia yang berperangai spesifik dan diberi kemerdekaan spesifik; “Aceh adalah kawasan kawasan yang merupakan ketunggalan masyarakat hukum yang bertabiat istimewa dan diberi kewenangan khas untuk mengatur dan ikutikutan koteng urusan tadbir dan kebaikan masyarakat setempat sesuai dengan statuta perundang-undangan kerumahtanggaan sistem dan pendirian Negara Keekaan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Pangkal Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur. ” Pasal 1 kredit 2 UU 11/2006[40]

Sistem pemerintahan

Provinsi Aceh terdiri dari 18 kabupaten, 5 ii kabupaten, 289 kecamatan, dan 6.497 gampong. Sreg tahun 2022, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.371.532 jiwa dengan total luas distrik 57.956,00 km².[41]
[42]
[43]
[44]
[45]

No Kode

Kemendagri
Kabupaten/ii kabupaten Ibukota Luas kawasan

(km²)
Penghuni 2022
(atma)
Kepadatan

(jiwa/km2)
2019
Kecamatan Kelurahan Gampong
1 11.05 Kab. Aceh Barat Meulaboh 2.927,95 210.113 64,59 12 322
2 11.12 Kab. Aceh Barat Daya Blangpidie 1.490,60 150.393 99,75 9 152
3 11.06 Kab. Aceh Besar Kota Janthoe 2.969,00 425.216 129,56 23 604
4 11.14 Kab. Aceh Jaya Calang 3.812,99 92.892 22,57 9 172
5 11.01 Kab. Aceh Selatan Tapaktuan 3.841,60 238.081 59,94 18 260
6 11.10 Kab. Aceh Singkil Singkil 2.185,00 124.101 59,48 11 116
7 11.16 Kab. Aceh Tamiang Kota Kualasimpang 1.956,72 295.011 147,05 12 213
8 11.04 Kab. Aceh Tengah Takengon 4.318,39 208.407 48,26 14 295
9 11.02 Kab. Aceh Tenggara Kutacane 4.231,43 216.495 52,39 16 385
10 11.03 Kab. Aceh Timur Idi Rayeuk 6.286,01 436.081 67,17 24 513
11 11.08 Kab. Aceh Utara Lhoksukon 3.236,86 619.407 177,92 27 852
12 11.17 Kab. Bener Meriah Simpang Tiga Redelong 1.454,09 148.175 106,26 10 232
13 11.11 Kab. Bireuen Bireuen 1.901,20 471.635 227,68 17 609
14 11.13 Kab. Gayo Lues Blangkejeren 5.719,58 94.100 16,67 11 136
15 11.15 Kab. Nagan Raya Suka Makmue 3.363,72 167.294 49,85 10 222
16 11.07 Kab. Pidie Sigli 3.086,95 444.976 141,80 23 730
17 11.18 Kab. Pidie Jaya Meureudu 1.073,60 161.215 146,78 8 222
18 11.09 Kab. Simeulue Sinabang 2.051,48 93.228 43,54 10 138
19 11.71 Daerah tingkat Banda Aceh 61,36 270.321 3.892,01 9 90
20 11.74 Ii kabupaten Langsa 262,41 176.811 695,19 5 66
21 11.73 Daerah tingkat Lhokseumawe 181,06 207.202 1.052,82 4 68
22 11.72 Kota Sabang 153,00 34.874 261,70 2 18
23 11.75 Kota Subulussalam 1.391,00 81.417 58,37 5 82
TOTAL 57.956,00 5.371.532 88,91 ! 289 6.497

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh

Berbeda dengan DPRD Provinsi enggak di Indonesia pada umumnya, DPRA mempunyai segel yang unik serta jumlah anggota 1¼ siapa lebih banyak dari DPRD wilayah menurut undang-undang. DPRA beranggotakan 81 orang yang dipilih melalui penyortiran publik setiap lima tahun sekali. Didikan DPRA terdiri berpangkal 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua nan berasal dari organisasi politik ketatanegaraan dengan jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRA nan sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2022 yang dilantik pada 30 September 2022 oleh Pemimpin Pengadilan Tinggi Banda Aceh, Djumali, di Bangunan Utama DPR Aceh. Komposisi anggota DPRA musim 2022-2024 terdiri semenjak 15 partai politik dimana Partai Aceh merupakan empunya kursi terbanyak adalah 18 singgasana.[46]
[47]
[48]

Sesuai peraturan perundang-undangan, DPRD Negeri yang beranggotakan: 35-44 orang dipimpin maka dari itu 1 kepala dan 2 wakil kepala; 45-84 hamba allah dipimpin maka itu 1 penasihat dan 3 ketua muda; dan 85-100 orang dipimpin maka dari itu 1 ketua dan 4 wakil ketua.[49]

Bersendikan Pemilihan masyarakat 2022, Provinsi Aceh utus 13 wakil ke DPR RI pecah dua daerah pemilahan dan empat wakil ke DPD.[50]
Lega tingkat provinsi, berikut akuisisi jumlah kursi di DPRA hasil Pemilihan Umum Legislatif 2022 tersusun dari 15 partai, dengan perincian sebagai berikut:

Organisasi politik Garis haluan Total kursi DPRA dalam periode
2009-2014 2014-2019 2019-2024
 Pencinta bangsa 1
 PKB 1
Steady

1
Kenaikan
3
 Gerindra 0 Kenaikan
3
Kenaikan
8
 PDI-P 0
Steady

0
Kenaikan
1
 Golkar 8 Kenaikan
9

Steady

9
 PKS 4
Steady

4
Kenaikan
6
 PPP 4 Kenaikan
6

Steady

6
 PAN 5 Kenaikan
7
Penurunan
6
 Hanura 0
Steady

0
Kenaikan
1
 Demokrat 10 Penurunan
8
Kenaikan
10
 PBB 1
Steady

1
Penurunan
0
 PKPI 1
Steady

1

Steady

1
 Partai Aceh 33 Penurunan
29
Penurunan
18
 Partai SIRA 0
Steady

0
Kenaikan
1
 PD Aceh 1
Steady

1
Kenaikan
3
 PNA

(plonco)


3
Kenaikan
6
 NasDem

(baru)


8
Penurunan
2
Besaran Anggota 69 Kenaikan
81

Steady

81
Jumlah Partai 11 Kenaikan
13
Kenaikan
15

Ilmu kependudukan

Populasi bersejarah
Musim Jumlah
Pend.
±% p.a.
1971 2.008.595
1980 2.611.271 +2.96%
1990 3.416.156 +2.72%
1995 3.847.583 +2.41%
2000 3.930.905 +0.43%
2010 4.494.410 +1.35%
2015 4.993.385 +2.13%
2020 5.274.871 +1.10%
2021 5.333.733 +1.12%
Source: Bodi Pusat Statistik 2022.

Kaki bangsa

Aceh memiliki 12 tungkai bangsa zakiah. Nan terbesar ialah suku Aceh nan tersebar hampir merata di seluruh daerah Aceh terutama mendiami wilayah pesisir mulai dari Langsa di pesisir timur utara hingga dengan Trumon di pesisir barat kidul. Tungkai terbesar kedua merupakan suku Gayo yang menghuni kewedanan Dataran Janjang Gayo. Suku bangsa lainnya yaitu kaki Wana nan mendiami Kabupaten Aceh Tenggara, Melayu Tamiang di Aceh Tamiang, suku Aneuk Jamee di wilayah barat dan selatan, Suku Kluet di Aceh Selatan, dan suku Singkil di Kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil.

Di wilayah kepulauan terdapat kaki Devayan di Pulau Simeulue bagian selatan, suku Sigulai di paksina Simeulue, suku Lekon di Alafan dan suku Haloban di Pulau Banyak.

Selain suku-tungkai polos, juga ditemui suku-suku pendatang seperti mana Jawa, Minang, Batak, Arab, Tionghoa, Tamil, Karo, dan Nias.

Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil kedaerahan suku-suku aceh sebagai berikut: Aceh, Gayo, Melayu, Batak, Jawa, Jamèë, Singkil, Devayan, Minangkabau, dan tak-lain[51]
Hanya sensus periode 2000 ini dilakukan saat Aceh dalam musim konflik sehingga lain ada data yang pasti/akurat puas masa itu buat mengarifi populasi per kedaerahan saban & persentasenya. Cakupannya hanya menjangkau tekor dari setengah populasi Aceh ketika itu. Adapun urutan kaki bangsa diatas hanya (taksiran). Masalah paling tekun dalam penjumlahan ditemui di kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara, dan tidak cak semau data sepadan sekali yang dikumpulkan berasal kabupaten Pidie. Ketiga kabupaten ini merupakan kabupaten dengan mayoritas etnis Aceh.[52]

Berdasarkan sensus 2010 di peroleh hasil 10 etnis nasion terbesar di Aceh, ialah:[53]

No Rasial Jumlah Persentase
1 Suku Aceh 3.160.728 71,72%
2 Suku Jawa 399.971 9,08%
3 Suku Gayo 322.996 7,33%
4 Suku Batak 147.295 3,34%
5 Suku Melayu Tamiang 95.152 2,16%
6 Suku Aneuk Jamee 62,838 1,43%
7 Suku Singkil 49.580 1,13%
8 Tungkai Minangkabau 46.600 1,04%
9 Suku Devayan 33.112 0,75%
10 Bukan-lain 89.172 2,02%

Suku Aceh

Suku Gayo

Suku Alas

Suku Singkil

Bahasa

Rambu peringatan tsunami intern dua bahasa, ialah bahasa Indonesia dan bahasa Aceh

Bahasa kawasan yang paling banyak penuturnya yakni bahasa Aceh yang dipakai oleh suku Aceh. Selain itu juga terwalak bahasa Gayo, Hutan, Kluet, Singkil, Jamee dan Melayu Tamiang.

Di Simeulue terdapat 3 bahasa yaitu bahasa Devayan, Sigulai, dan Leukon. Selain itu juga terwalak bahasa Haloban di Pulau Banyak.

Sejumlah bahasa daerah dari bagian Indonesia lainnya juga dipertuturkan oleh sebagian warga di Provinsi Aceh. Di antaranya, yaitu bahasa Jawa nan tersebar di bermacam rupa kawasan transmigrasi di seluruh Aceh.[54]

Agama

Agama di Aceh (2010)[55]
Agama Persentase
Islam 98.21%
Serani Protestan 1.14%
Masehi Katolik 0.21%
Buddha 0.14%
Konghucu 0.11%
Hindu 0.10%

Mayoritas penduduk Aceh menganut agama Selam dan Syariah Islam menjadi hukum positif di daerah istimewa Aceh. Agama lain yang dianut oleh penghuni Aceh adalah agama Serani nan dianut maka itu pendatang beretnis Batak, warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan beretnis Hakka mayoritas menganut agama Buddha, sebagian memeluk Kristen, sementara itu sebagian lainnya menganut agama Konghucu, lalu ada agama Hindu yang dianut makanya pendatang beretnis Bali dan sebagian tembolok (Orang Anak cucu India-Tamil/Hindi) yang sepan kurang populasinya.

Selain itu Aceh memiliki faedah dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di Aceh Hukum Selam diberlakukan kepada sebagian lautan warganya nan menganut agama Islam, berpedoman UU No.18/2001. Kalangan cendekiawan Aceh sendiri masih memperdebatkan apakah yang diberlakukan di Aceh sudah betul-betul syariat maupun itu tetapi karena alasan politis saja.[56]

Alasan yang pun kemudian disebutkan adalah kondisi konkret ketika itu berkenaan dengan kebijakan, polemik di limbung jumhur ulama soal bisa tidaknya hukum Selam diproduksi pasca kenabian selain persoalan dualisme aliran n domestik Islam, dua persebaran besar intern tradisi tafsir hukum Islam.[57]

Vihara Dharma Bhakti di Banda Aceh

Gereja Katolik Hati Ceria di Banda Aceh

Kuil Hindu Palani Andawar di Banda Aceh

Pendidikan

Dalam situasi pendidikan, sebenarnya provinsi ini mendapatkan harga diri Distingtif selain bersumber D.I. Yogyakarta. Akan tetapi perkembangan yang ada tidak menunjukkan kesesuaian antara status nan diberikan dengan kenyataannya. Pendidikan di Aceh boleh dikatakan terpuruk. Salah suatu yang menyebabkannya yaitu konflik Aceh yang berlarut-larut, lalu musibah gempa dan tsunami serta penganaktirian makanya Pemerintah Pusat, dengan sekian mili sekolah dan institusi pendidikan lainnya menjadi target. Lega Testing Intiha Nasional 2005 ada ribuan siswa yang tidak lulus dan terdesak mengajuk testing ulang.

Namun dalam sejumlah tahun terakhir, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh terus berusaha keras bagi mendongkrak dan membakar taraf pendidikan di Aceh. Peningkatan dur pendidikan merupakan upaya bagi menciptakan menjadikan “Aceh Caroeng / Aceh Hebat”, sehingga plong Ujian Kebangsaan Berbasis Komputer jinjing (UNBK) yang dilaksanakan plong tahun 2022 di Aceh tersebut dinyatakan bak satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang menyelenggarakan UNBK 100 uang lelah.[58]

Aceh juga memiliki sejumlah perguruan tinggi yaitu:

Tugu Darussalam yang menyimbolkan kaidah Kopelma Darussalam

Perguruan tinggi area

Berikut adalah daftar perguruan tingkatan kewedanan terkemuka yang cak semau di Aceh:

  • Universitas Syiah Kuala
  • Universitas Selam Wilayah Ar-Raniry
  • Jamiah Malikussaleh, Aceh Paksina
  • Universitas Segara Langsa
  • Universitas Teuku Umar, Meulaboh
  • Universitas Terbuka, Aceh
  • Institut Agama Selam Area Lhokseumawe
  • Sekolah tinggi Agama Selam Kawasan Langsa
  • Institut Agama Selam Negeri Takengon
  • Sekolah tinggi Seni Budaya Indonesia Aceh
  • Politeknik Area Lhokseumawe
  • Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
  • Sekolah Panjang Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng Meulaboh

Perguruan tingkatan swasta

Berikut ialah daftar perguruan jenjang swasta terkemuka yang cak semau di Aceh:

  • Institut Serambi Mekkah, Banda Aceh
  • Sekolah tinggi Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh
  • Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh
  • Universitas Ubudiyah Indonesia, Banda Aceh
  • Universitas Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh
  • Perguruan tinggi Abulyatama, Aceh Lautan
  • Perguruan tinggi Almuslim, Bireuen
  • Perguruan tinggi Islam Kebangsaan Indonesia, Bireuen dan Lhokseumawe
  • Universitas Sains Cut Nyak Dhien, Langsa
  • Institut Ancala Ghafur, Pidie
  • Universitas Gajah Ceria, Aceh Paruh
  • Perhimpunan Ardi Leuser, Aceh Tenggara
  • Jamiah Agama Islam Almuslim
  • Institut Agama Islam Al-Aziziyah
  • Politeknik Aceh
  • Politeknik Aceh Selatan
  • Politeknik Indonesia Venezuela
  • Politeknik Kutaraja
  • Politeknik Pelayaran Malahayati

Budaya

Aceh merupakan negeri yang dahulu kaya dengan seni budaya biasanya wilayah Indonesia lainnya.[59]
Aceh n kepunyaan aneka kerajian, seni budaya nan khas seperti mana tari-ajojing, dan budaya lainnya seperti:

Kerajinan

  • Tas Spesifik Aceh
  • Peci Khas Aceh
  • Kopiah Partikular Gayo
  • Kasap Aceh
  • Kupiah Meukutop
  • Kerawang Gayo

Pagar adat Adat

  • Meuseuke Eungkot
    (sebuah leluri di daerah Aceh Barat)
  • Peusijuek
    (maupun Serdak mansukh privat tradisi Jawi)

Senjata tradisional

Rencong adalah senjata tradisional nasion Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat makin dekat bentuknya ialah kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori jambiah.

Selain rencong, nasion Aceh lagi memiliki beberapa senjata spesial lainnya, sebagaimana sikin panyang, peurise awe, peurise teumaga, siwah, geuliwang dan peudeueng.

Rumah tradisional

Apartemen tradisional Aceh dinamakan
Rumoh Aceh. Apartemen ini bertipe apartemen panggung dengan 3 bagian terdepan dan 1 episode tambahan. Tiga bagian utama dari kondominium Aceh yaitu
seuramoë keuë
(serambi depan),
seuramoë teungoh
(serambi tengah) dan
seuramoë likôt
(serambi birit). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu
rumoh dapu
(rumah kompor).[60]

Tarian

Aceh memiliki banyak ajojing dari 9 kedaerahan yang ada. Beberapa tarian yang tenar di tingkat nasional dan malah dunia merupakan disko yang berasal pecah Aceh, sebagaimana Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.[61]

Bilang tarian nan tersohor bermula kesukuan Aceh adalah Seudati, Ratoh Duek, Rateb Meuseukat,Tari Likok Pulo, Pho, Ranup lam Puan, Rapa’i Geleng, Tarek Seser, Tari Laweuët dan Rabbani Wahed.

Beberapa tarian yang terkenal dari etnis Gayo yaitu Saman, Bines, Didong, Guel, dan Munalu.

Disko-tarian bersumber etnis lainnya adalah Ula-ula Lembing (Tamiang), Mesekat (Pangan), Landok Sampot (Kluet), Dampeng (Singkil) dan Nandong (Simeulue).

Makanan khas

Aceh mempunyai aneka jenis makanan nan tunggal. Antara bukan
Timphan,
Gulai Dendang laut,
Kari Wedus
nan lezat, Gulai
Pliek U
dan
Meuseukat
yang langka. Di samping itu
Keurupuk Meuliëng
asal Pidie yang populer gurih,
Dodoi
Sabang yang dibuat dengan aneka rasa,
Bu Leukat Boh Driën
(ketan durian), serta bolu manis asal Peukan Bada dan
Ruti Samahani
Aceh Segara pun bisa makara andalan bagi Aceh.

Di Pidie Jaya tersohor dengan kue tersendiri Meureudu yaitu
Adè. Sedangkan di Aceh Paksina lazim kita temukan kuliner individual lainnya yaitu
Martabak Durian
yang sedap. Kuliner Bireuen yang minimum terkenal adalah
Sate Masak
yang adalah sate daging sapi atau embek yang dibakar yang puas awalnya berpokok dari kota Matang Glumpang Dua.

Makanan khas Kota Langsa yang sangat terkenal mengaras seluruh Indonesia adalah
Sop Sumsum
yaitu berupa sop tulang daging sapi yang mandraguna sumsum di privat tulangnya dan lemak tulang daging sapi tersebut mutakadim dipotong buat dapat dinikmati sumsumnya menggunakan sedotan atau menuangnya langsung ke atas piring. Sop Sumsum tulang daging sapi ini disajikan memberahikan dengan potongan-potongan daging sapi yang diracik dengan sangat mak-nyus dan nikmat menggunakan racikan bumbu khas Aceh. Lalu ada Gulai Lauk Sembilang yang juga khas Ii kabupaten Langsa.

Sedangkan di wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan juga daerah tingkat Subulussalam terletak macam camilan yang tinggal digemari banyak orang. Makanan yang disebut dengan stempel pusung sagu, sesuai namanya rahim ini berbahan dasar sagu nan dicampur dengan pisang, gula kawung, dan garam. semua bahan tersebut kemudian dicampur, dan dibungkus dengan daun pisang, hampir mirip dengan lemper. setelah itu, dipanggang menggunakan kompor ataupun tungku. Rezeki ini mudah ditemukan di wilayah Aceh Singkil atau Subulussalam. Sementara kuliner istimewa Aceh nan sekali lagi sangat terkenal bahkan sampai ke mancanegara yaitu
Mi Aceh, sejenis mi kuning basah yang diracik dengan bumbu khas nan pedas.

Iklim

Sebagai kewedanan yang berada tidak jauh berpokok garis khatulistiwa, iklim di Aceh rapat persaudaraan seluruhnya tropis. Plong wilayah pesisir pantai suhu udara rata-rata 26,9 °C, guru udara maksimum mencapai 32,5 °C dan minimal 22,9 °C. Kelembaban relatif daerah ini berkisar antara 70 dan 80 tip. Antara bulan Maret sampai Agustus Aceh mengalami fase tuarang, kondisi ini dipengaruhi oleh massa udara benua Australia. Sementara hari hujan berlangsung antara bulan September hingga Februari yang dihasilkan berasal massa udara daratan Asia dan Samudra Pasifik. Aceh memiliki guyur hujan angin yang bervariasi berkisar antara 1.500-2.500 mm saban tahun.[62]

Data iklim Aceh
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Masa
Humidex 5.65 4.53 3.61 3.13 4.02 5.38 5.01 5.42 4.64 4.01 4.14 5.71 5.71
Biasanya jurnal °C (°F) 27.01
(80.62)
26.88
(80.38)
27.02
(80.64)
27.30
(81.14)
27.89
(82.2)
27.99
(82.38)
27.76
(81.97)
27.56
(81.61)
27.12
(80.82)
26.72
(80.1)
26.54
(79.77)
26.86
(80.35)
27.221
(80.998)
Presipitasi mm (inci) 256
(10.08)
114
(4.49)
117
(4.61)
139
(5.47)
143
(5.63)
84
(3.31)
95
(3.74)
90
(3.54)
161
(6.34)
200
(7.87)
225
(8.86)
321
(12.64)
−77
(−3.03)
Umumnya hari hujan
8.5 5.9 7.8 8.8 12.4 10.3 9.2 10.6 12.5 15.5 14.3 12.7 128.5
Sumber: Gaisma.com[63]

Geografi

Aceh menempati kawasan ujung minimum barat di pulau Sumatra dan Negara Indonesia, di mana titik terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia terwalak di Pulau Rondo, sementara itu kilometer Nol Indonesia berada di pulau Walah. Secara geografis Aceh terdapat antara 2°–6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan dengan kebesaran rata-rata 125 meter di atas parasan laut. Sempadan batas area Aceh, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah daksina adalah satu-satunya perbatasan darat dengan Sumatra Utara dan jihat barat dengan Samudera Hindia.[64]

Luas Aceh 5.677.081 ha, dengan wana misal lahan terluas nan mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan persil pabrik punya luas terkecil ialah 3.928 ha. Cakupan wilayah Aceh terdiri berpangkal 119 pulau, 35 gunung dan 73 sungai terdepan.[64]

Perekonomian

Pertambangan

Aceh punya banyak potensi bulan-bulanan tambang dan mineral begitu juga minyak bumi, gas pataka, kencana, batubara dll. Berikut daftar beberapa mangsa tambang yang terdapat di Aceh.[65]

No Bahan Makdan Potensi (ton) Sebaran utama
1 Batubara 476.800.000 Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya, Singkil
2 Pualam 1.700.000.000 Aceh Jaya, Gayo Lues, Aceh Barat, Aceh Selatan
3 Timah hitam 8.000.000 Subulussalam, Tamiang, Gayo Lues
4 Emas 6.500 Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Jaya, Pidie, Aceh Tengah
5 Granit 900.000.000 Aceh Timur

Petro dan gas bumi

Berikut adalah daftar wilayah kerja petro dan gas manjapada di Aceh beserta cadangannya.[66]
[67]

No Wilayah Kerja Luas Distrik (km2) Status Cadangan
1 Blok A 1.512 Produksi 450 BCF gas alam[68]
2 Blok B 1.163 Produksi 18 TCF[69]. Berak cadangan minyak bumi 3,343 MTSB, gas 104 BCSF
3 Lhokseumawe[70] 1.206,71 Produksi
4 Pase 920,02 Produksi 240 BCF
5 South Blok A 420,87 Penggalian
6 Andaman I 7.346 Pengkhususan 6 TCF[71]
7 Andaman II 7.399,85 Investigasi 6 TCF
8 Andaman III[72] 8.517 Pengkhususan 6 TCF[73]

Perikanan

Aceh memiliki potensi perikanan nan besar. Menurut data BPS tahun 2022, total produksi perikanan laut sebesar 165.778 ton dan perikanan air tawar sebesar 1.569 ton.[74]
Beberapa produk perikanan yang terkenal berpangkal Aceh yakni lobster dari Simeulue, udang dan tuna.[75]
[76]

Pertanian

  • Kayu
  • Akta[77]
  • Rempah-rempah
  • Buah-buahan[78]
  • Sayur-sayuran
  • Kakao[79]
  • Nilam
  • Pinang[80]
  • Kelapa
  • Jagung
  • Pari
  • Kemiri
  • Pala
  • Karet
  • Kelambir sawit
  • dll.

Perbankan

Saat ini Aceh sudah menerapkan Peraturan Buram Finansial Syariah untuk menguatkan sistem perbankan / keuangan Syariah di Aceh, Regulasi ini yakni qanun perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan tulangtulangan keuangan dalam rangka mewujudkan ekonomi publik Aceh yang nonblok dan sejahtera privat naungan Syariat Islam. Sehingga semua sistem perbankan nan beroperasi di Aceh kini seluruhnya mutakadim sesuai dengan Peraturan LKS. Detik ini di Aceh terwalak dua kantor Bank Indonesia, bank sentral Republik Indonesia, yang dibuka di Banda Aceh (inferior III) dan Lhokseumawe (kelas bawah IV). Tugas Bank Indonesia nan terdiri dari bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Di daerah-negeri tugas Bank Indonesia lebih dominan di bidang sistem penyetoran dan perbankan. Di latar sistem pembayaran menyelenggarakan sistem kliring dan BI-RTGS dan di parasan perbankan mengintai dan membina bank-bank seyogiannya beroperasi dengan sehat dan menguntungkan. Sistem perekonomian berbasis Syariah ketika ini terlampau megah dilaksanakan, apalagi Pemerintah Aceh telah mengubah Bank Aceh dari konvensional ke Bank Syariah.[81]
[82]
[83]

Industri dan Energi

Pada semula 2022 direncanakan akan dibuka Kawasan Ekonomi Tersendiri (KEK) Arun Lhokseumawe nan menyerap 40.000 tenaga kerja, Selain itu Aceh memiliki sejumlah industri besar di antaranya:

  • Daerah Ekonomi Tunggal Arun Lhokseumawe
  • Area Industri Aceh, Ladong
  • Badan Pengorganisasi Migas Aceh
  • Fisik Pemanfaatan Wilayah Ekspor impor Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
  • PT Arun NGL: Penggilingan Pencairan Tabun Liwa di Lhokseumawe
  • PT Pupuk Iskandar Cukup umur (PIM): Pabrik Baja Iskandar Cukup umur di Aceh Utara
  • PT Aceh Asean Fertilizer (AAF): Pabrik Pupuk Asean di Aceh Utara
  • PT Plano Kraft Aceh (KKA): Pabrik Jeluang di Aceh Lor
  • PT Semen Andalas Indonesia-Lafarge (SAI) : Semen Andalas di Aceh Besar
  • ExxonMobil: Kilang Asap Alam di Aceh Utara
  • PT. Perta Arun Gas, Lhokseumawe
  • PT. Pembangkitan Jawa-Bali (PJB), Lhokseumawe
  • PT. Medco E&P Indonesia, Aceh Timur
  • PT. Triangle Pase Inc., Aceh Timur
  • PT Pertamina Hulu Energi, Aceh Utara
  • PT. MIFA Bersaudara, Aceh Barat.

Pra-tsunami 2004

Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Aceh, menyedekahkan 6,5 uang jasa dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2005). Potensi produksi perikanan sambar mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan budidaya mencapai 15.454 ton/tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2004). Produksi perikanan tersebut merata, baik di Samudra Hindia atau Selat Malaka.

Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 tanah lapang kerja, 87 persen (87.783) di sub sektor perikanan sambar dan sisanya (14.461) di sub sektor perikanan budidaya. Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan perumpamaan mata pencaharian utama. Namun, 60 persen adalah nelayan kecil menggunakan perahu berdosis kerdil. Berpangkal selingkung 18.800 unit perahu/kapal lauk di Aceh, cuma 7.700 unit nan mampu melaut ke lepas pantai. Legiun perikanan tangkap berskala besar rata-rata beroperasi di Aceh Lor, Aceh Timur, Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Selatan.

Kerusakan akibat tsunami di Banda Aceh

Menurut Nurasa et al. (1993), nelayan Aceh sebagian besar menggunakan alat sambar pancing (hook and line). Alat tangkap lain ialah pukat, jala cincin (purse seine), pukat darat, jala insang, sauk-sauk payang, sauk-sauk dasar, jala dan bukan-lain.

Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu bom perikanan besar di Banda Aceh, 10 pelabuhan pelelangan iwak (PPI) utama di 7 kabupaten/ii kabupaten dan sejumlah ajang pelelangan iwak (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terwalak 36.600 hektare kolam, sebagian besar tambak semi intensif nan dimiliki petambak bermodal mungil. Empang-kolam ini tersebar di Aceh Utara, Pidie, Bireuen dan Aceh Timur.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia mengelola sebuah pusat pendidikan dan kursus (Pusdiklat) budidaya, sebuah pusat penelitian dan ekspansi (Puslitbang) budidaya, sebuah laboratorium uji mutu perikanan dan sebuah kapal latih. Di tiap kabupaten/kota, terdapat dinas perikanan dan bahari. Total aset di sektor perikanan pra-tsunami mencapai sekitar Rp 1,9 triliun.

Sesudahtsunami 2004

Bodi Perencanaan Pembangunan Kewarganegaraan/Bappenas (2005) memperkirakan 9563 unit perahu lebur maupun terendam, tertulis 3969 (41,5%) perahu tanpa motor, 2369 (24,8%) perahu bermotor dan 3225 (33,7%) kapal pelopor besar (5-50 ton). Selain itu, 38 unit TPI kemungkus berat dan 14.523 hektar tambak di 11 kabupaten/kota rusak terik. Diperkirakan total kerugian sambil akibat batu tsunami mencapai Rp 944.492,00 (50% dari poin total gana), sedangkan total nilai kerugian tak berbarengan mencapai Rp 3,8 miliar. Sebagian besar kecelakaan mulai sejak berbunga kerusakan tambak.

Kapal PLTD Apung nan dibawa oleh tsunami hingga ke darat

Kerusakan tambak budidaya tersebar merata. Bahkan di negeri nan enggak plus parah dampak tsunaminya (misalnya di Kabupaten Aceh Kidul), tambak-empang nan tergenang tidaklah mudah diperbaiki dan digunakan kembali. Total kerugian mengaras Rp 466 miliar, sekitar 50 persen dari kuantitas kemalangan sektor perikanan. Kecelakaan ekonomi minimal lautan bersumber berpunca hilangnya pendapatan berusul sektor perikanan (sambar dan budidaya). Hilangnya sejumlah besar nelayan, hilang atau rusaknya sarana dan prasarana perikanan teragendakan alat tangkap dan sampan serta kerusakan tambak menjadikan angka kerugian sedemikian besarnya.

Diperkirakan produksi perikanan di Aceh akan drop sampai 60 persen. Proses pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu paling kecil sedikit 5 tahun. Di subsektor perikanan sambar, bahkan diduga teristiadat waktu makin lama (sekitar 10 tahun), karena banyaknya nelayan nan hilang atau meninggal selain rusaknya beberapa segara perahu atau alat tangkap. Berdasarkan postulat tersebut, total kecelakaan nan mungkin terjadi hingga sektor ini pulih total dan lagi ke kondisi pra-tsunami diperkirakan mencapai Rp 3,8 triliun.

Pariwisata

Aceh memiliki banyak pamrih arena wisata terutama wisata umbul-umbul, sejarah dan islami. Dengan garis pantai yang cukup panjang, beberapa gugus kepulauan, dan luas cakupan hutan nan besar, Aceh menawarkan banyak seleksian pelancongan nan menarik kerjakan wisatawan dalam dan asing negeri.

Wisata alam

Salah satu wisata tunggul yang populer di Aceh adalah wisata pantai seperti mana dapat ditemui di Sabang, Aceh Osean, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Simeulue dan Pulau Banyak. Beberapa rantau pasir salih yang terkenal misalkan Pantai Lampuuk di Aceh Besar dan Pantai Pasi Saka di Aceh Jaya. Ekoturisme lainnya nan terkenal yakni wisata daerah pegunungan seperti mana di Tangse dan Dataran Tinggi Gayo. Selain itu Aceh sekali lagi dikenal dengan cakupan hutan yang masih cukup lestari seperti Taman nasional Ulu Masen, Taman Kebangsaan Argo Leuser dan Suaka Margasatwa Paya Singkil. Beberapa satwa endemis Sumatra masih lazim ditemukan di Aceh seperti mana orangutan, gajah, harimau dan badak.

Wisata sejarah

Bagaikan wilayah nan secepat dimasuki Islam di Kepulauan Asia Tenggara, Aceh n kepunyaan sangat banyak palagan wisata rekaman Islam yang lalu berfaedah seperti kober sultan kesultanan Islam pertama di Asia Tenggara adalah Sultan Malikussaleh. Selain itu perumpamaan bekas wilayah sultanat Islam paling berpengaruh di Asia Tenggara, terwalak suntuk banyak peninggalan bersejarah terutama bujukan nisan yang tersebar di seluruh wilayah Aceh.

Transportasi

Transportasi darat

Perhubungan darat umum di Aceh boleh dijangkau dengan bus dan minibus. Setiap kabupaten dan kota di Aceh punya terminal. Kempang tol yang sudah dibangun yaitu jongkong Banda Aceh-Sigli.

Transportasi laut

Berikut ini merupakan daftar bom-pelabuhan yang ada di Aceh :

  1. Dermaga Malahayati, Aceh Besar.
  2. Persinggahan Internasional Samudera Pasai, Krueng Geukuh, Aceh Utara.[84]
  3. Persinggahan Alam semesta Langsa[85]
  4. Pelabuhan Arun, Lhokseumawe
  5. Pelabuhan Internasional Sabang
  6. Dermaga Internasional Aceh Tamiang[86]
  7. Pelabuhan Ulèë Lheuë, Banda Aceh.
  8. Pelabuhan Jetty, Meulaboh.
  9. Dermaga Ferry Labuhan Haji, Aceh Selatan.
  10. Pelabuhan Sinabang, Simeulue.
  11. Pelabuhan Ferry Singkil, Aceh Singkil.
  12. Pelabuhan Ferry Susoh, Aceh Barat Anak kunci.
  13. Pelabuhan Teluk Surin, Aceh Barat Daya.

Transportasi gegana

Berikut ini merupakan daftar bandar udara nan terserah di Aceh :

  1. BTJ–Lapangan terbang Antarbangsa Sultan Iskandar Cukup umur, Aceh Besar
  2. LSW–Lapangan terbang Malikussaleh, Aceh Utara
  3. MEQ–Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Nagan Raya
  4. SNB–Dermaga Gegana Lasikin, Sinabang
  5. SBG–Bandar Udara Maimun Imani, Sabang
  6. TXE–Bandar Mega Rembele, Bener Besar-besaran
  7. SKL–Bandar Udara Syekh Hamzah Fansyuri, Singkil
  8. TPK–Bandar Udara Teuku Cut Ali, Tapaktuan
  9. LSX–Bandar Mega Lhoksukon, Aceh Lor

Stasiun kereta api

Sejarah awal Kereta Jago merah di Aceh mutakadim dimulai sejak era kolonial Belanda. Pada masa 1876 KNIL berangkat membangun sagur kereta Api Aceh atau saat itu dikenal dengan
Atjeh Tram
yang tiba beroperasi berpangkal tahun 1882 hingga 1942 dan tahu berubah namanya menjadi
Atjeh Staatsspoorwegen
(ASS) puas tahun 1916. Saat ini Kereta Jago merah Aceh berada dibawah PT. Sepur Indonesia Divisi Regional I Sumatra Utara dan Aceh. Kereta Api Cut Meutia (sebelumnya bernama
Kereta api Perintis Aceh) adalah kereta api yang melayani perjalanan Stasiun Krueng Geukuh–Stasiun Kutablang.

Berikut ini merupakan daftar Stasiun Kereta Api yang ada di Aceh :

  1. (KRG)–Stasiun Krueng Geukueh
  2. (BKH)–Stasiun Bungkaih
  3. (KRM)–Stasiun Krueng Mane
  4. (GRU)–Stasiun Geurugok
  5. (KKG)–Stasiun Kutablang

Tokoh pecah Aceh

Pahlawan

Suku Aceh merupakan suku yang gigih n domestik mempertahankan kemerdekaannya. Kegigihan perang Suku Aceh, dapat dilihat dan dibuktikan oleh sejumlah pahlawan (baik lelaki alias wanita), serta bukti-bukti lainnya (empat jenderal Belanda tewas kerumahtanggaan perang Aceh, serta kuburan Kerkoff Peucut yang perhubungan mencatat rekor sebagai kuba Belanda terluas di luar Negeri Belanda).

Pahlawan perempuan

  • Cut Nyak Dhien
  • Cut Nyak Meutia
  • Admiral Keumalahayati

Pahlawan lelaki

  • Sultan Iskandar Muda
  • Teungku Chik Di Tiro
  • Teuku Umar
  • Teuku Nyak Arif
  • Mr. Teuku Muhammad Hasan[87]

Dedengkot bawah Aceh

  • Hamzah Fansuri
  • Hasan di Tiro
  • Mr. Teuku Muhammad Hasan
  • Nuruddin Ar-Raniri
  • Panglima Polem IX
  • P. Ramlee
  • Pocut Baren
  • Sultan Ali Mughayat Syah terbit Aceh
  • Sultan Iskandar Muda
  • Sultan Malikussaleh
  • Surya Paloh
  • Syamsuddin As-Sumatrani
  • Syeh Taruna Penanggung jawab Al-Khalidi
  • Syiah Mulut sungai
  • Teuku Jacob
  • Teuku Nyak Markam
  • Teuku Nyak Arief
  • Teungku Chik Pante Kulu
  • Teungku Daud Beureu’eh
  • Teungku Fakinah
  • Tun Sri Lanang

Referensi


  1. ^

    http://kesbangpol.bandaacehkota.go.id/2017/12/16/aceh-sani-makara-himne-aceh/
  2. ^


    a




    b




    “GIS Dukcapil Kemendagri 2022”. Kemendagri Indonesia. Diakses tanggal
    25 September
    2022
    .




  3. ^


    a




    b




    “Kerapatan Warga dan Pertumbuhan Warga Aceh Musim 1961 – 2022”.
    https://www.bps.go.id/news/2021/01/21/405/bps–270-20-juta-penghuni-indonesia-hasil-sp2020.html
    . Diakses tanggal
    18 Februari
    2022
    .





  4. ^

    https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220706085839-20-817818/achmad-marzuki-resmi-dilantik-tito-jadi-pj-gubernur-aceh

  5. ^



    Marzuki Lantik Bustami Hamzah Sebagai Sekda Aceh http://humas.acehprov.go.id/achmad-marzuki-lantik-bustami-hamzah-andai-sekda-aceh/#:~:text=BANDA%20ACEH%20%E2%80%94%20Pj%20Gubernur%20Aceh,%2C%20Kamis%2C%208%20September%202022.=TAchmad Marzuki Lantik Bustami Hamzah Seumpama Sekda Aceh.





  6. ^



    https://aceh.tribunnews.com/2022/05/13/pon-yahya-konvensional-dilantik-misal-ketua-dpra.





  7. ^

    http://dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20190425-125010-5297.pdf

  8. ^


    “Perangkaan Umat Menurut Agama di Indonesia”. Kementerian Agama Republik Indonesia. 15 Mei 2022. Diarsipkan terbit versi steril tanggal 3 September 2022. Diakses copot
    23 April
    2022
    .





  9. ^


    “Penghuni Menurut Kawasan dan Agama yang Dianut Indonesia”. BPS. 15 Mei 2010. Diakses tanggal
    29 September
    2022
    .





  10. ^


    “Indikator Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2022-2021”.
    www.bps.go.id
    . Diakses tanggal
    26 November
    2022
    .





  11. ^


    “Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) 2022”
    (pdf).
    acehprov.go.id
    . Diakses tanggal
    26 November
    2022
    .




  12. ^


    a




    b




    “Daftar Alokasi TKDD 2022 Provinsi Sumatera Utara”.
    www.djpk.kemenkeu.go.id. (2021). Diakses terlepas
    26 November
    2022
    .





  13. ^


    “Bodi Pusat Statistik Provinsi Aceh”.
    aceh.bps.go.id
    . Diakses tanggal
    2019-10-14
    .




  14. ^


    a




    b




    How An Escape Artist Became Aceh’s Governor
    Diarsipkan 2008-08-03 di Wayback Machine., Time Magazine, Feb. 15, 2007

  15. ^

    http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b2/Countries_with_Sharia_rule.png

  16. ^


    “Undang-Undang Nomor 11 Periode 2006 tentang Tadbir Aceh”. Diarsipkan berpangkal versi asli tanggal 2010-12-25. Diakses tanggal
    2011-02-01
    .





  17. ^

    United Nations.
    Economic and social survey of Asia and the Pacific 2005. 2005, page 172

  18. ^

    Peraturan Gubernur Aceh Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Sebutan Nama Aceh dan Gelar Pengarah Pemerintahan dalam Tata Naskah Biro di Lingkungan Pemerintah Aceh tertanggal 7 April 2009, privat Pergub tersebut ditegaskan bahwa sebutan Daerah swatantra, Pemerintahan Daerah, Penasihat Daerah/Wakil Majikan Daerah, Dewan Badal Rakyat Daerah, Nomenklatur dan Papan Etiket Eceran Kerja Pemerintah Aceh (SKPA), Titelatur Penandatangan, Stempel Jabatan dan Logo Instansi dalam Tata Tulisan tangan Kantor di mileu Pemerintah Aceh, diubah dan diseragamkan dari sebutan/nomenklatur “Nanggroe Aceh Darussalam” (“NAD”) menjadi sebutan/nomenklatur “Aceh”. Ini dilakukan sambil menunggu suratan dalam Pasal 251 UU Rezim Aceh yang menyatakan bahwa nama Aceh perumpamaan provinsi internal sistem NKRI, akan ditentukan maka itu DPRA hasil Pemilu 2009. Lihat pula http://www.acehprov.go.id/

  19. ^

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Hari 1956 Akan halnya Pembentukan Distrik Otonom Propinsi Aceh dan Peralihan Statuta Pembentukan Propinsi Sumatera Utara

  20. ^


    Ajis, Ambo Asse (2018-01-30). “RAMNI—ILAMURIDESAM: KERAJAAN ACEH PRA-SAMUDERA PASAI”.
    Periodik Arkeologi SANGKHAKALA.
    20
    (2): 79. doi:10.24832/bas.v20i2.280. ISSN 2580-8907.





  21. ^

    Shadiqin, Sehat Ihsan: Ilmu batin Aceh, Persinggahan Publishing, Cet-II, 2009.

  22. ^

    Azra, Azyumardi: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara, Jakarta, Prenata Kendaraan, 2006

  23. ^

    Shadiqin, Sehat Ihsan (2009)

  24. ^

    Ibid

  25. ^

    Kawilarang, Harry: Aceh dari Kanjeng sultan Iskandar Muda ke Helsinki, Pangkalan Publishing, Banda Aceh-Cet. III, 2010

  26. ^

    ibid

  27. ^


    Media, Kompas Cyber (2021-08-23). “Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir”.
    KOMPAS.com
    . Diakses tanggal
    2022-01-20
    .





  28. ^


    Parinduri, Alhidayath. “Ki kenangan Perang Aceh: Kapan, Penyebab, Proses, Pentolan, & Akhir”.
    tirto.id
    . Diakses tanggal
    2022-01-20
    .





  29. ^


    Media, Kompas Cyber (2021-12-16). “Sebab Eksklusif Terjadinya Perang Aceh”.
    KOMPAS.com
    . Diakses rontok
    2022-01-20
    .





  30. ^


    “10 Januari 1903: Sinuhun Aceh Dipaksa Tunduk ke Belanda, tapi Perang Enggak Usai”.
    kili-kili
    . Diakses tanggal
    2022-01-20
    .





  31. ^


    “7 November 1942: Perang Mula-mula Rakyat Nusantara Melawan Jepang Letup di Aceh”.
    kumparan
    . Diakses rontok
    2022-01-20
    .





  32. ^

    Al Chaidar. Gerakan Aceh Merdeka

  33. ^


    Liputan6.com (2020-12-04). “4 Desember 1976: Perlawanan Hasan Tiro dan Lahirnya Gerakan Aceh Merdeka”.
    liputan6.com
    . Diakses sungkap
    2022-01-20
    .





  34. ^


    Ki alat, Kompas Cyber (2013-04-05). “Priyo: Saya Sedih Ada yang Minta Aceh Dimekarkan”.
    KOMPAS.com
    . Diakses sungkap
    2022-01-20
    .





  35. ^


    “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999”
    (PDF). Diarsipkan dari varian asli
    (PDF)
    tanggal 2022-11-25. Diakses tanggal
    2019-10-22
    .





  36. ^

    Peraturan Daerah Propinsi Area Spesifik Aceh Nomor 5 Tahun 2000 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam

  37. ^


    “UU 44-1999::Arti Propinsi Daerah Tunggal Aceh”.
    ngada.org
    . Diakses copot
    2019-02-01
    .





  38. ^

    https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIH/article/viewFile/2086/2050

  39. ^


    detikcom, Cak regu. “Miliki 26 Wewenang Khusus, Aceh Diminta Bekerja Maksimal”.
    detiknews
    . Diakses tanggal
    2019-02-01
    .





  40. ^


    “Undang-undang Pemerintahan Aceh”
    (PDF). Diarsipkan bersumber varian jati
    (PDF)
    rontok 2022-06-02. Diakses sungkap
    2019-10-21
    .





  41. ^


    “Regulasi Nayaka Intern Negeri Nomor 137 Tahun 2022 adapun Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Dalam Distrik Republik Indonesia. Diarsipkan berpangkal versi asli tanggal 29 Desember 2022. Diakses copot
    3 Oktober
    2022
    .





  42. ^


    “Peraturan Menteri Dalam Wilayah Nomor 72 Waktu 2022 tentang Persilihan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2022 tentang Kode dan Data Area Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Privat Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari varian steril
    (PDF)
    sungkap 25 Oktober 2022. Diakses tanggal
    15 Januari
    2022
    .





  43. ^


    “Pemukim Indonesia Menurut Desa 2010”
    (PDF)
    . Diakses copot
    12 Juni
    2022
    .





  44. ^


    “Perka BPS no.55 periode 2022”
    (PDF)
    . Diakses sungkap
    12 Juni
    2022
    .





  45. ^


    “Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh”.
    aceh.bps.go.id
    . Diakses rontok
    2020-07-22
    .





  46. ^


    “PELANTIKAN ANGGOTA DPRA PERIODE 2022-2024”.
    dpra.acehprov.go.id. DPR Aceh. 01-10-2019. Diarsipkan terbit versi polos copot 2022-09-21. Diakses tanggal 04-10-2019.





  47. ^


    Fauzul Husni (30-09-2019). “Lumrah, 81 Anggota DPRA Periode 2022-2024 Resmi Dilantik”.
    ajnn.net. Aceh Journal National Network. Diakses terlepas 04-10-2019.





  48. ^


    Agus Setyadi (30-09-2019). “81 Anggota DPR Aceh Dilantik, Partai Aceh Kuasai Legislator”.
    detik.com. Detik News. Diakses copot 04-10-2019.





  49. ^

    Pasal 111 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pemerintahan Kewedanan

  50. ^


    “Ini Daftar Lengkap Caleg DPR RI Dapil Aceh yang Lolos ke Senayan”.
    Rencongpost.com. 2022-05-13. Diarsipkan dari varian asli rontok 2022-09-14. Diakses tanggal
    2019-10-08
    .





  51. ^



    Indonesia’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Bernasib baik Studies. 2003. ISBN 9812302123.





  52. ^

    Changing Ethnic Composition: Indonesia 2000-2010

  53. ^


    Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Cerah Karakter Handayani, dan Agus Pramono (2015).
    Demography of Indonesia’s Ethnicity. Institute of Southeast Membujur Studies dan BPS – Statistics Indonesia. hlm. 98.





  54. ^


    Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. “Bahasa di Provinsi Aceh”.
    Bahasa dan Peta Bahasa. Kementerian Pendidikan dan Kultur. Diakses tanggal
    2021-02-10
    .





  55. ^


    “Agama di Indonesia Menurut Sensus BPS 2010”.
    sp2010.bps.go.id
    . Diakses tanggal
    2020-08-22
    .





  56. ^

    Ramli, Affan: Merajam Dalil Hukum, Bandar Publishing, Cet-1, 2010

  57. ^

    ibid

  58. ^


    “Prestasi Pendidikan Aceh di Level Nasional”.
    kumparan
    . Diakses copot
    2020-02-23
    .





  59. ^


    “Mengenal Lebih Kerumahtanggaan Seni Budaya Aceh”.
    penalis.com
    . Diakses tanggal
    2021-03-02
    .





  60. ^


    Hairumini, Hairumini; Setyowati, Dewi Liesnoor; Sanjoto, Tjaturahono Fiil (2017-08-09). “Kearifan Tempatan Rumah Tradisional Aceh bak Warisan Budaya untuk Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami”.
    Journal of Educational Social Studies
    (intern bahasa Inggris).
    6
    (1): 37–44. ISSN 2502-4442.





  61. ^


    “Macam Diversifikasi Kebudayaan Aceh Lengkap Beserta Gambar dan Penjelasannya | Bibliotek.id” (intern bahasa Inggris). Diakses terlepas
    2019-10-21
    .





  62. ^

    Profil Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam – Departemen Kehutanan RI
    [
    pranala nonaktif permanen
    ]



  63. ^


    “Aceh, Indonesia – Solar energy and surface meteorology”. 08 March 2022.



  64. ^


    a




    b




    “Geografis Aceh”. Diarsipkan dari varian tahir tanggal 2022-06-02. Diakses tanggal
    2016-05-09
    .





  65. ^


    “Potensi Sektor Mineral, Batu Bara, Energi Air, Panas Bumi dan Migas di Distrik Aceh”
    (PDF).
    Dinas ESDM Aceh. 2022.





  66. ^


    “Wilayah Kerja Kontraktor Sewa Kerja Sebanding (KKKS) Minyak dan Gas Manjapada di Aceh”
    (PDF).
    Provinsi Aceh.





  67. ^


    “Peta Provinsi Kerja Migas Aktif di Aceh”
    (PDF).
    Area Aceh.





  68. ^


    “Profil Blok A – Jasad Koordinator Migas Aceh” (dalam bahasa Inggris). Diakses terlepas
    2022-07-28
    .





  69. ^


    “Pertamina Gandeng Pemprov Aceh Perpanjang Kontrak 2 Blok Migas – Katadata.co.id”.
    katadata.co.id. 2022-04-22. Diakses tanggal
    2022-07-28
    .





  70. ^


    “Profil Lhokseumawe – Awak Koordinator Migas Aceh” (dalam bahasa Inggris). Diakses sungkap
    2022-07-28
    .





  71. ^


    “Potensi Migas di Aceh Masih Menjanjikan”.
    Kementerian ESDM.





  72. ^


    “Profil Andaman III – Badan Organisator Migas Aceh” (n domestik bahasa Inggris). Diakses sungkap
    2022-07-28
    .





  73. ^


    “Reviu Amanat Strategis Energi dan Mineral Harian, 26 Juli 2022 – Laporan Harian KESDM” (privat bahasa Inggris). Diakses sungkap
    2022-07-28
    .





  74. ^


    “Bodi Pusat Statistik Distrik Aceh”.
    aceh.bps.go.id
    . Diakses tanggal
    2022-09-06
    .





  75. ^


    Sarana, Kompas Cyber. “Budidaya Lobster Kualitas Ekspor”.
    KOMPAS.com
    . Diakses sungkap
    2019-09-23
    .





  76. ^


    Agency, ANTARA News. “Udang Vaname di Aceh Barat tembus pasar internasional – ANTARA News Aceh”.
    Antara News
    . Diakses tanggal
    2019-09-23
    .





  77. ^


    “Ekspor Dokumen Aceh Tumbuh 540 Uang lelah”.
    Republika Online. 2022-02-12. Diakses tanggal
    2019-09-23
    .





  78. ^


    Agency, ANTARA News. “Buah-buahan kaprikornus andalan ekspor Aceh – ANTARA News Aceh”.
    Antara News
    . Diakses rontok
    2019-09-23
    .





  79. ^


    “Kemenperin: Eksportir Kakao Aceh Lirik Pasar Malaysia”.
    kemenperin.go.id
    . Diakses tanggal
    2019-09-23
    .





  80. ^


    “Warga Aceh Paksina Ekspor Maman ke Medan”.
    GoAceh. 2022-02-21. Diarsipkan berpangkal versi tahir rontok 2022-09-23. Diakses tanggal
    2019-09-23
    .





  81. ^


    Kendaraan, Kompas Cyber (2021-04-20). “9 Peristiwa nan Perlu Diketahui soal Qanun Aceh tentang Bentuk Moneter Syariah”.
    KOMPAS.com
    . Diakses copot
    2021-10-07
    .





  82. ^


    QANUN ACEH NOMOR 11 TAHUN 2022 – TENTANG LEMBAGA Finansial SYARIAH

  83. ^


    “Qanun LKS di Aceh dan Pentingnya Berperan Netral Sejak dalam Ingatan”.
    kumparan
    . Diakses tanggal
    2021-10-07
    .





  84. ^


    “Impor via Krueng Geukueh Aktif Juga”.
    Serambi Indonesia
    . Diakses copot
    2019-04-13
    .





  85. ^


    “Menteri ATR Resmikan Bandar Kuala Langsa Sebagai Pelabuhan International”.
    Atrium Indonesia
    . Diakses rontok
    2019-04-13
    .





  86. ^


    “Pembangunan Pelabuhan Internasional Aceh Tamiang Berawal dari Bisnis Haram”.
    Serambi Indonesia
    . Diakses copot
    2020-01-03
    .





  87. ^


    “Mengenal Pahlawan Nasional dari Aceh”.
    rol
    . Diakses tanggal
    2020-01-25
    .




Lihat pula

  • Pemerintah Aceh
  • Kaki bangsa di Aceh
  • Sejarah Aceh
  • Bahasa Aceh
  • Daerah istimewa
  • Daerah khusus
  • Undang-Undang Pemerintahan Aceh
  • Islam di Aceh

Pranala asing

  • (Indonesia)
    Situs web jamak pemerintah Aceh
  • (Indonesia)
    Media Islam Aceh
  • (Indonesia)
    (Inggris)
    Aceh Tourism & Travel
  • (Indonesia)
    Situs web baku pariwisata Indonesia
  • (Indonesia)
    Biro Kebudayaan dan Pariwisata Aceh
  • (Indonesia)
    Situs tamasya Aceh – Visit Aceh


Koordinat:



5°33′N
95°19′E


 / 

5.550°Ufuk 95.317°E
 /
5.550; 95.317






Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh