Cara Membuat Jamu Sirih Pinang
Mengonsumsi serasa pinang adalah rasam publik umum sehabis merokok dan minum kopi. Sifat ini sudah berlangsung sejak lama di Asia, terutama Asia Tenggara sampai dengan Asia Pasifik. Ketika ini adat mengunyah sirih pinang masih dilakukan di sejumlah negara Asia. Tidak diketahui dengan jelas kapan kebiasaan ini dimulai, tetapi beberapa riset mengindikasikan bahwa aturan mengunyah serasa jambe telah cak semau sejak 13000 tahun lalu di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Zumborich, 2007-2008: 96; Oxenham, 2002: 909-915; Fritzpatrick et al. 2003: 59-60).
Sirih pinang umumnya terdiri dari beberapa komponen yaitu biji kemaluan maman (Areca catechu), daun atau anakan sirih (Piper betle), Gambir (Uncaria gambir), kapur sirih (Calcium hydroxide – Ca(OH)2
ataupun
Calciumoxide – CaO) dan mole (Nicotiana tabacum). Mencontoh dari rasam gayem serasa pinang pada hari waktu ini pada masyarakat Jawa, mandu mengkonsumsi sirih pinang merupakan mencampur pinang, gambir dan kapur lewat dibungkus dalam daun sirih, dan dikunyah. Di Nusa Tenggara Timur, komponen sirih pinang setinggi dengan kebiasaan di Jawa, namun seringkali yang dikonsumsi tak pinang segar melainkan maman nan sudah difermentasi. Kapur yang digunakan berasal dari karang laut atau macam kijing-kerangan laut yang dibakar (calciumoxide-CaO).
Sedangkan sirih umumnya adalah bagian bunganya yang dikonsumsi. Hasil onderdil sirih pinang yang dikunyah bercampur dengan saliva menghasilkan warna merah kecoklatan. Pada tingkatan ini seringkali digunakan tembakau bikin menyipat hasil kunyahan sirih jambe ke seluruh bibir dan persneling. Akibatnya seluruh persneling akan berwarna merah kecoklatan. Semakin intensif rasam mengunyah kinang jambe semakin pekat warna merah pada gigi. Lebih lagi diduga rona hasil sirih pucang akan terhirup hingga akar persneling. Di Jawa, kinang pinang beserta mole kadang diletakkan di mulut di antara pipi dan transmisi. Hal ini bisa berlangsung lama.
Berdasarkan catatan hasil penelitian, kinang jambe berpotensi punya efek positif misal pembeli. Secara umum maman memiliki 59 kandungan bahan aktif misalnya, flavonoid, tannin, triterpen dan steroid serta arecoline (Wei, dkk., 2022:341; Ali, dkk., 2022:200). Umum secara awam mempercayai bahwa mengkonsumsi sirih maman, khususnya dapat memerdukan gigi. Di sebelah tak, sirih pinang dilaporkan pula dapat berakibat destruktif dan memicu berbagai penyakit, misalnya kanker bacot, kanker hati dan lainnya (WHO 2022: 15; Public Health Law Center, 2022: 5; Hsiao, dkk., 2022: 307)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebiasaan mengkonsumsi sirih pucang lega masyarakat prasejarah di Indonesia, dan konsekuensi patologis yang diakibatkannya, terutama patologi persneling. Metode penelitian yang diterapkan adalah makroskopis menerobos pengamatan berlandaskan detil variable nan diteliti. Material riset yaitu tengkorak prasejarah yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Keberagaman patologi yang diteliti adalah atrisi, karies, kalkulus, periodontitis dan antermortem tooth loss (AMTL).
Sebanyak 10 tempurung kepala masyarakat prasejarah dari Nusa Tenggara Timur diamati berpedoman kondisi gigi geliginya.
Sebanyak 8 individu (80%) mengalami praktik pencabutan transmisi, yaitu gigi incisivus lateral pada maxilla. Bahwa seluruh individu mempraktikkan pencabutan/ablasi mengindikasikan bahwa masyarakat prasejarah Nusa Tenggara Timur memiliki budaya modifikasi gigi sejak masa prasejarah. Diduga bahwa pencabutan yakni ekspresi dari sistem pembantu sebagai tanda maupun ritus kedewasaan, terutama keunggulan bikin seseorang yang sudah memasuki masa/roh perkawinan (Koesbardiati, dkk., 2022: 54). Tradisi mengunyah sirih pinang diduga berasal berbunga budaya yang dibawa oleh awam penutur rumpun Bahasa Austronesia yang tersebar sekitar 6000 perian lalu (Fitzpatrick, dkk., 2003:59-60).
Sirih pinang yang dikunyah mengandung tepung ataupun partikel kecil lainnya yang berpotensi mengakibatkan atris. Demikian juga ampas serasa pinang yang dikunyah berpotensi menghasilkan kalkulus. Gundukan kalkulus dapat merusak jaringan gusi dan membrane periodontal. Respon inflamasi yang mempengaruhi kebugaran jaringan periodontal nan berakibat plong longgarnya jaringan periodontal dan melapangkan gigi dari socketnya. Surat berharga ini bertambah karenanya saat ditambah dengan pengusahaan tembakau. Pada akibatnya gigi nan telah longgar bersumber socketnya dan tembelang jaringan periodontalnya akan semakin meningkatkan risiko terjadinya antermortem tooth loss (AMTL) (Hsiao, 2022:57-60; Samnieng, 2022: 107-111; Ling, dkk., 2001: 364-369). Faktor yang diduga berpengaruh dari mengunyah sirih pinang terhadap patologi gigi ialah lama menggunakan kinang pucang, intensitas menggunakan serasa pinang dan ki kesulitan kebersihan mulut dan gigi.
Juru tulis: Toetik Koesbardiati
Detail karangan ini dapat dilihat di:
https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/470
Toetik Koesbardiati dan Delta Bayu Murti. 2022. Konsumsi Sirih Jambe dan Patologi Gigi Pada Masyarakat Prasejarah Lewoleba dan Liang Bua, di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Periodik Arkeologi, Vol. 39 No.2 121-136
Source: https://news.unair.ac.id/2019/12/11/manfaat-konsumsi-sirih-pinang-pada-masa-prasejarah-di-indonesia/?lang=id