Virus Yang Menyerang Bakteri Disebut

Tanja Diederen tinggal di sanding ii kabupaten Maastricht, Belanda. Dia menderita keburukan
Hidradenitis Suppurativa
selama 30 perian. Ini yaitu penyakit selerang kronis di mana akar rambut mengalami peradangan dan menimbulkan rasa sakit, seringnya di negeri sekeliling ketiak dan dada.

Rp 62 juta bakal perawatan di Georgia

Lega Agustus 2022, Diederen nan sekarang berusia 50 tahun membuat keputusan terdepan. Beliau menghentikan penggunaan antibiotik yang semakin tak efektif. Lalu Diederen pergi ke Georgia selama dua minggu untuk menjalani pengobatan dengan menjalani penyembuhan bakteriofag (disingkat fag).

Terapi fag yang dilakukan Diederen belum disetujui di sebagian osean negara-negara Eropa Barat. Engkau harus cekuh kocek pribadi sebbesar € 3.900 atau senilai Rp 62 juta dengan harapan bahwa pengobatan tersebut boleh memulihkan penyakitnya.

Behandlung mit Bakteriophagen gegen Resistenzen
Tanja Diederen memutuskan menjalani proteksi dengan terapi bakteriofagFoto: DW/J. Jackson

Bakteriofag adalah virus yang menyerang proliferasi bakteri inang mereka. Terapi ini menggunakan macam fag tunggal nan diisolasi yang kemudian dikonsumsi secara oral. Lakukan boleh tarik urat hidup, fag kemudian berdempetan kepada sesama patogen yang terletak di intern tubuh pasien.

Fag menjengkoletkan polaritas bakteri nan anda hinggapi sedemikian rupa, sehingga memproduksi fag lebih banyak terus menerus hingga balasannya si kuman letup. Kemudian, fag-fag nan dilepaskan menempel sreg kuman lain hingga pada akhirnya semua bakteri hancur.

Baca juga: Ancaman Maut Infeksi Nosokomial dengan Mikroba Multiresisten

Pergi ke Georgia

“Rasanya agak seperti mana jamur,” terang Tanja Diederen ketika ia hendak mengkonsumsi fag di jadwal paginya. “Ketika saya memencilkan ke Georgia, ingatan saya orak-arik, gugup dan bersemangat. Di atas semua itu, saya sangat kecut hati dengan preservasi di Belanda.”

Sehabis antibiotik tidak efektif kerjakan Diederan, dokternya kala itu menyarankan kiranya beliau mengkonsumsi obat biofarmasi, yakni perunding kolusi genetika. Engkau pun belum pernah mendengar mengenai terapi bakteriofag.

Akhirnya, Diederen memutuskan cak bagi mencari pilihan pengobatan enggak sendiri. Hingga kamu mengakhirkan melembarkan pengobatan bakteriofag, nan dia ketahui dari sebuah program televisi.

Behandlung mit Bakteriophagen gegen Resistenzen
Prototipe fag yang membasmi bakteri jahatFoto: DW/J. Jackson

Merasa lebih baik

Dia berorientasi Georgi-Eliava Institute di Georgia, nan telah meneliti bakteriofag sejak tahun 1923, sekadar beberapa tahun sesudah ditemukannya fag. Georgia kemudian berkembang menjadi rahasia global terapi fag.

Selama Perang Tawar rasa, antibiotik habis sukar didapat dimana-mana. Penyembuhan dengan fag yakni cara terbaik buat menyembuhkan penyakit merebak. Saat ini, Eliava Institute juga menjadi salah suatu pokok penyembuhan fag terbesar di dunia.

Tanja Diederen menjalani perawatan selama dua ahad, setelah itu anda juga ke Belanda dengan membawa sebuah koper besar yang kebal penuh bakteriofag. Semenjak engkau mengkonsumsi dua variasi fag berbeda setiap harinya, dan mengoleskan krim, Diederen kembali merasa lebih baik.

Dia merasa energinya pulih dan radang kecil nan ada di dada dan ketiaknya semakin membaik. Peradangan besar kadang muncul dan hilang, namun enggak separah sebelum ia menjalani terapi ini.

“Bukan terasa haram bagi saya”

Setiap tiga bulan sekali Diederen menjauhi ke Belgia, 15 kilometer bersumber Maastricht, untuk menjeput jatah bakteriofag bau kencur yang dikirim dari Georgia seharga 500 mata uang atau setara dengan 8 miliun rupiah. Asuransi kebugaran Diederen tidak menyanggupi ini. Belgia adalah semata negara di Eropa Barat nan mengizinkan penggunaan fag. Di Belanda dan di semua negara lain, fag belaka dapat digunakan dalam kasus perseorangan untuk menyelamatkan atma alias meredakan rasa sakit yang begitu parah.

Baca juga:Bakteri Probiotik di Sisa Bayi Bisa Sembuhkan Diabetes

Behandlung mit Bakteriophagen gegen Resistenzen
Satu sampul bakteriofagFoto: DW/J. Jackson

Terapis Diederen berkewajiban penuh atas hal ini.

“Bukan terasa terlarang lakukan saya,” kata Diederen. “Saya yakin seratus persen penawar ini akan membantu banyak orang.”

Begitu juga halnya antibiotik, bakteriofag juga dapat menyebabkan resistensi kuman. Namun, keuntungannya yakni bakteriofag selalu setapak kian maju karena fag berlambak menandingi resistensi. Selain itu, fag selalu ditujukan bikin membinasakan macam bakteri tertentu. Dengan demikian, bakteri yang bermanfaat enggak akan ikut bertabur, seperti contohnya kuman baik di usus.

Sebelum perawatan dimulai, cangap perlu cak bagi mengetahui jenis bakteri yang memicu munculnya problem. Fag kemudian diproduksi secara individual bagi setiap pasien, sama dengan di Georgia.

Diizinkan di Belgia

Pengasosiasi pribadi semacam ini tidak memenuhi persyaratan nan berlaku untuk produk remedi di negara Eropa Barat mana pun. Akan dibutuhkan banyak upaya lakukan mendapatkan izin perumusan fag individu agar disetujui oleh pihak yang berwenang.

Behandlung mit Bakteriophagen gegen Resistenzen
Dr. Jean-Paul Pirnay mulai sejak Rumah Ngilu Militer Queen AstridFoto: DW/J. Jackson

Tidak demikian halnya di Belgia. Sejak tahun lalu, Scientific Health Institute, bekerja sama dengan sinse, pasien, pembuat, farmakolog, dan Kantor Federal Belgia buat Produk Pelamar-obatan, secara resmi memproses penerbitan kopi untuk bahan-bahan fag yang diperlukan. Farmakolog kemudian dapat menggunakannya untuk memproduksi bakteriofag, sesuai dengan prosedur yang terserah.

“Kami sudah lalu menunggangi landasan hukum nan ada bikin menggunakan bakteriofag,” kata Dr. Jean-Paul Pirnay, yang berkarya di Rumah Sakit Militer Queen Astrid di Brussels, mengomentari terapi bakteriofag.

Sekeliling 30 pasien sudah dirawat di rumah nyeri tersebut. Saat ini, rumah sakit militer Queen Astrid adalah semata wadah di Belgia cak bagi memproduksi bakteriofag.

Baca kembali: Peneliti Indonesia Menelisik Gen Bibit penyakit Sebatas Mendirikan Startup di Finlandia

Apendiks untuk antibiotik

“Kami membutuhkan perusahaan farmasi buat memproduksi fag,” pengenalan Pirnay. “Rumah sakit tidak boleh menghasilkan semua fag dengan semakin banyaknya pasien.”

Tetapi dalam memproduksi fag membutuhkan pematang syariat yang kian jelas, sementara sejauh ini penajaman bakteriofag di sana belum siap.

“Saya percaya bahwa fag tidak akan mengaplus antibiotik,” ungkapnya. “Keduanya akan digunakan bersama kerjakan membuat antibiotik kian efektif.”

Ke depan Tanja Diederen cak hendak terus melanjutkan perawatannya di Belgia. Diederen mengaku kesulitan kerumahtanggaan berkomunikasi dengan dokternya di Georgia, anda kerap membutuhkan uluran tangan penerjemah.

“Saya sangat berharap fag akan lekas diizinkan di Eropa,” katanya. “Pergi ke Georgia pas sulit dan mahal.”

Jerman dan Belanda saat ini perdua melakukan penelitian percontohan cak bagi melihat apakah penggunaan bakteriofag dimungkinkan. Prancis pun sudah mengimpor fag dari Belgia dan menyetujui penggunaannya dalam pengobatan.

rap/pkp

Source: https://www.dw.com/id/pemakan-bakteri-dari-georgia-untuk-melawan-resistensi-antibiotik/a-51656688